Apa yang Dilakukan Kalbu Anda di Bulan Ramadhan?


Apa yang Dilakukan Kalbu Anda di Bulan Ramadhan?

Kata hati simple love


Hati mempunyai tanggung jawab di hadapan Allah s.w.t, sebagaimana pendengaran dan penglihatan juga mempunyai tanggung jawab dihadapan-Nya.


Sebagai mana setiap hamba akan dimintai pertanggungjawaban atas apapun yang melintas pada pendengaran dan penglihatannya, dia juga akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang tertanam didalam hatinya.


Allah s.w.t berfirman pada Qur’an surat Al-Isra: 36 "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya."

Maksudnya setiap hamba akan ditanyai tentang hatinya dan tentang perbuatan yang telah dilakukan oleh hati itu. Dan hati memiliki tanggung jawab khusus tidak seperti organ-organ tubuh lainnya. Karena hati adalah segumpal darah yang jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula, jika ia rusak maka seluruh tubuh akan ikut rusak pula.

Hati juga memiliki ibadah dibulan Ramadhan, sebagaimana organ-organ tubuh yang lain. Karena hati merupakan tuan atau pemimpin segala organ, maka ia dikhususkan dengan tuan segala ibadah, yaitu keikhlasan. Ikhlas adalah tuan dan pemimpin bagi seluruh amal ibadah.  Dan tiada ibadah yang paling erat hubungannya dengan keikhlasan daripada puasa. Karena puasa merupakan ibadah antara hamba dengan Rabb-nya. Puasa tidak mungkin menjadi ketaatan kecuali dengan ikhlas. Barangkali ini makna dari sabda Rasulullah s.a.w ketika menyampaikan firman Rabb-nya: 

“Setiap amal shalih anak Adam adalah untuknya sendiri. Kecuali puasa maka ia khusus bagiKu. Karena itu Aku langsung memberikan balasannya.”

Setiap orang seharusnya selalu mengawasi kondisi hatinya di bulan Ramadhan. Ia harus membandingkan kondisi hatinya dengan kondisi sebelum Ramadhan. Sambil mencari letak kekuatan dan kelemahan hatinya. Agar dengan perbandingan ini ia mengetahui apakah hatinya mempunyai satu ibadah di bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Atau muamalahnya dengan Sang Rabb di bulan Ramadhan dicampuri pengagungan, sedang pada bulan-bulan yang lain tidak demikian?

Sesungguhnya asal ubudiyah (penghambaan) kita kepada Allah s.w.t hendaknya dibangun atas dasar pengagungan, penyucian dan penghormatan. Dan hal seperti ini seharusnya sejalan, baik dibulan Ramadhan maupun pada bulan selain Ramadhan. Tetapi di bulan Ramadhan kita bisa mengembangkan dan memperbesar rasa pengagungan itu dalam hati kita. Karena di bulan Ramadhan ada ibadah puasa. Ia adalah ibadah yang dilakukan atas dasar muraqabatullah (Perasaan senantiasa diawasi oleh Allah s.w.t) dan rasa malu kepada Allah s.w.t pada saat rahasia sebelum terang-terangan.

Cara mengagungkan Allah s.w.t adalah dengan mengagungkan Firman-Nya, mengagungkan sabda Rasulullah s.a.w, serta perintah dan larangan keduanya. Karena tafakkur (merenungkan) dan mengamalkan Al-Kitab beserta As-Sunnah akan memunculkan pengagungan. Demikian pula dengan mengingat karunia-karunia Allah s.w.t, nikmat-nikmat, keagungan para makhluk dan kecermatan ciptaanNya.

Barang siapa yang memperlihatkan pada hatinya bukti-bukti keagungan dan kekuasaan Allah s.w.t Yang Maha dahsyat, niscaya dia melihat dengan hatinya keagungan Allah s.w.t. hal itu yang akan mendatangkan perasaan mengagungkan dan mewajibkan datangnya iman serta ketaatan. Karena itulah Abdullah bin Abbas r.a berkata dalam makna ayat Qur’an Surat Nuh: 13 
”Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” Kata Abdullah bin Abbas r.a “Maksudnya kenapa kalian tidak mengagungkan Allah s.w.t dengan sebenar-benarnya pengagungan.”
Hak mengagungkan Allah s.w.t adalah mengagungkanNya dengan hati yang berupa mengerjakan ketaan dengan seluruh anggota tubuh kepadaNya. Tetapi mengagungkan Allah s.w.t dalam hati seorang hamba belum sempurna,hingga sang hamba mempunyai pemahaman (mu’rifah) terhadap kalimat tauhid secara keilmuan. Membenarkan konsekwensi-konsekwensi tauhid secara i’tiqadhi (keyakinan), menetapkannya dengan ucapan, mentaatinya dengan penuh cinta dan ketundukan, serta mengamalkan kalimat tauhid itu secara lahir batin.

Tanpa perkara-perkara diatas, hati tidak akan menjadi bersih. Karena berish atau rusaknya hati bergantung kepada keikhlasan hati yang memberikan dorongan untuk patuh dan menuruti. Keikhlasan hati sebagaimana ia diberikan oleh Allah s.w.t juga terus diupayakan. Kerana dalam Al-Quran kita diperintahkan untuk ikhlas, sebagaimana kita juga diperintahkan untuk beriman kepada seluruh rukun-rukun iman.


Allah s.w.t berfirman pada Qur’an Surat Ghaffh:14 “Maka beribadahlah kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepadaNya, meski orang-orang kafir tidak menyukai(nya).”

Wahai saudaraku! Hati anda adalah pemimpin dan panglima bagi seluruh anggota tubuh anda. Maka awasilah hati anda selalu karena ia sangat mudah berubah. Oleh sebab itu doa yang sering dipanjatkan Rasulullah s.a.w adalah “Wahai Rabb yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hati saya di atas agama Engkau.” Rasulullah s.a.w senantiasa memperbarui keikhlasan dalam dirinya demi memperbaiki diri. Beliau berdoa setiap selesai sholat.
Ketika hati sudah baik, dia mengirim perintah-perintahnya kepada seluruh anggota tubuh sambil mengatakan: “Beristiqomahlah kepada Rabb kalian, karena saya telah beristiqomah.” “Ikhlaslah kepadaNya karena saya sudah berbuat ikhlas kepadaNya.” Jika hati sudah demikian, itu adalah inti kebahagiaan pada hari perhitungan.
Qur’an Surat Asy-Syuara: 88-89: “ (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang –orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Pada bulan Ramadhan, hati dan seluruh anggota tubuh sangat dekat kepada kekhusyuan dan kerinduan, sehingga turunlah rahmat, berlipatlah kemuliaan dan hati semakin bertambah rasa rendah dirinya, sehingga seluruh anggota tubuh lebih siap untuk menyambut sang penyeru istiqamah.

Maka hendaknya orang-orang yang ingin dekat kepada Allah s.w.t memfaatkan dengan baik kesempatan ini, dengan membuat hati fokus terhadap puasa, sebelum anggota yang lain. Karena hati mempunyai puasa, yang ia harus senantiasa konsisten dengannya. Yaitu berhenti dari niat-niat yang buruk, dan berhenti dari ridha terhadap kebatilan.
Jika hati manusia sudah berpuasa dan beristiqamah, hati itu mewajibkan kepada seluruh anggota tubuh dengan keras dan paksa untuk menghindari penyimpangan di bulan Ramadhan.

“Ya Allah maha pembolak-balik hati! Tetapkanlah hati-hati kami atas AgamaMu. Ya Allah, wahai yang memalingkan hati! Palingkanlah hati-hati kami pada ketaatan padaMu. Tolonglah kami untuk selalu berdzikir, bersyukur dan memperbagus ibadah kepadaMu.”


Dikutip dari: Pustaka eLBA "Ruh Puasa dan Maknanya" Buku dari Dr. Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hushain et.al.
Itulah penjelasan tentang "Apa yang Dilakukan Kalbu Anda di Bulan Ramadhan?" Semoga artikel ini bermanfaat. terimakasih. maaf bila ada penulisan kata mohon beritahu kami.

Gambar Label News TugimanBlog

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url